16 Jan 2012

“SOULMATE” SAYA ADALAH DENI……

Dulu di tv swasta masih booming acara reality show. Salah satunya adalah Soulmate. Acara realityshow, satu artis dengan satu soulmatenya. Ada yang sama pacarnya, ada yang sama supir, guru, ibu, atau sahabatnya. Dan saat kami berdua (saya dan deni) menonton lesehan di rumah, saya iseng bertanya, “Kalau kamu diajak kesempatan nyanyi sama soulmate, kamu nyanyi sama siapa”. Dia ketawa sambil bilang, “Sama kamu peseeeeeekkkkkkk”


Deny siswanto. Dia sahabat saya. Kami berkenalan sejak jaman SMA di kegiatan pramuka Saka Wana Bhakti. Dia satu tingkat diatas aku. Saya tidak tahu apakah kami pernah jatuh cinta? Hanya saja saya merasa nyaman dengan dia walaupun  kami selalu berpisah daerah. Kita sempat kehilangan kontak dan bertemu lagi di sebuah kereta perjalanan ke Jember. Saya masih mengingatnya kami bertukar nomer hp dan dia sempat mengunjungi saya beberapa kali di kota Jember. Kita semakin dekat saat saya pindah ke Banyuwangi untuk bekerja. Sejak makan mie pangsit lesehan di rumah itulah kami mengikrarkan diri sebagai “soulmate”.


Saya ingat waktu itu kami sama-sama mempunyai pasangan. Dia tidak pernah cemburu dengan laki-laki yang beberapa kali dekat dengan saya. Tapi saya……..saya selalu marah hebat jika dia dekat dekat dengan perempuan, termasuk dengan gadis penjaga pom bensin. Bukan karena cemburu tapi karena saya ingin perempuan yang terbaik untuk sahabat saya. Paling tidak standart sama dia. Jika saya protes dia akan menjawab, “dirimu itu nggk ada doublenya di dunia”. Dan saya akan menekuk wajah saya berjam-jam.

Saat saya memutuskan menikah. Dia hanya diam. Tapi dia membantu persiapan pernikahan saya. Mulai pesan A, B, C, D dan tetek bengek yang membuat saya pusing tujuh keliling. Hingga akhirnya dia tidak datang pada hari pernikahan saya. Dia datang hanya pada saat makan siang. Saya berteriak memanggilnya. Saat saya bertanya, “Apakah dirimu menangis”. Dia menggelenga sambil berkata, “Aku kehilangan kamu sahabat aku. Aku nggk punya temen lagi. Nanti setelah menikah pasti saya sudah tidak dianggap lagi”. Saya cuma dia dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.
4 bulan setelah saya menikah dia juga memutuskan untuk menikah dengan perempuan pilihan dia. Saat itu saya di Jakarta. Saya tidak bisa datang dan semalaman saya menangis. Ibu saya menelpon saya dan menanyakan apakah saya baik-baik saja, saya menjawaba, “Adik kehilangan Deni Bu…..kalau dia nikah adik sapa lagi dong sahabatnya? Dia kan sudah punya istri. Pasti dia sudah nggak peduli lagi sama adik”. Ibu saya hanya tertawa dan berkata, “Kamu Egois Raa…..Deni juga punya hak menikah seperti kamu. Jangan seperti anak kecil”.  Dan pernikahan ternyata tidak mengurangi persahabatan kamu.

 Hei.....kamu selau ada untuk aku bahkan saat aku sibuk akan beli kambing untuk kurban

Dulu….Deni adalah orang yang pertama (selain ibu saya) yang saya traktir saat saya gajian. Deni adalah orang selalu siap mengantar jemput saya selama 24 jam terutama saat saya siaran jam 2 shubuh pas puasa. Dia juga rela saya ajak naik motor “blusukan” ke daerah daerah asing untuk liputan. Hei….ingat kan waktu aku liputan Gredoan dan kita tersesat jam 1 malam? Atau kita (aku, kamu dan ibu) setiap minggu selalu keliling daerah Banyuwangi barat dan singgah di Desa Wisata Using hanya untuk berendam di air awet muda (katanya)?. Atau kamu siap menemani saya sambil terkantuk-kantuk saat saya harus liputan sidang DPRD sampai tengah malam. Kamu selalu telpon khawatir kalau aku berada di antara orang demo. (inget kan kasus Malangsari?). Kamu selalu setia nunggu aku siaran malam pulang jam 11 malam. Temani aku ngopi di pinggir jalan. Keliling makan-makan dipinggir jalan mulai bakso pak Sabar sampe mie besar-besar, kikil pedas favorit ibu atau sekedar nongkrong di pinggir pantai. Hahahahahah saya selalu tertawa kalau ingat peristiwa itu. Sssssttt…..rahasia kita ya. Saat saya teriak-teriak di pinggir pantai malam-malam dan berkhayal kalau seandainya Mister Bean jatuh dari bayangan Bulan tepat di atas air laut. Bawa cucian ke Kali Bendo kemudian di jemur di atas batu dan kita "blusukan" entah kemana. Men-cat kamar ku dengan warna hijau belang-belang dan ibu langsung teriak, “Apa-apa ini….kayak rumah jualan jamu”. Cat rumah sukowidi masih sama Den…..cat hasil keja kita berdua.

Saya masih ingat saat saudara-saudara saya selalu memandang miring persahabat kita. Saat kita berdua belum sama-sama menikah banyak yang menyibir kedekatan kita. Yang dianggap aku selingkuh lah…….kita bersahabat terlalu dekat lah atau apalah. Saya hanya tertawa.Persahabatan dengan beda kelamin memang menjadi santapan gosip yang tidak pernah berhenti ya Den. Saya memilih bersahabat dengan kamu karena kamu telah dianggap anak oleh ibuku. Kita selalu bertiga kan…aku kamu dan ibuku. Ingat saat saya hijrah ke Jakarta? Saya bilang kepadamu, “Titip ibu ya Den…….”. Kamu berjanji akan menjaga ibu. Menemani ibu. Sering datang ke rumah sukowidi untuk menengok ibu. Walaupun ternyata kamu tidak perna memenuhi janji kamu. Ingat kan…..di hari pemakaman ibu saya marah besar dan membentak-bentak kamu karena kamu tidak menjaga ib. Hingga akhirnya kita saling berteriak dan pisahkan oleh keluarga besarku? Maafkan atas sikapku saat itu ya Den…..

Aku pikir setelah kita menikah kita akan semakin jauh. Ternyata tidak. Kita tetap bersahabat. Kamu adalah orang pertama yang saya telpon saat saya “galau”. Saat saya merasa terpuruk dan sendiri kamu orang yang pertama kali saya curhati. Saat saya memblokir semua nomer telpon hanya nomermu yang bisa menghubungi saya. Hanya kamu yang saya hubungi saat ini saya berada dimana. Kamu adalah kotak rahasia yang siap aku isi tentang macam-macam rahasia kehidupan saya sampai sekarang. Kamu adalah tempat sampah tempat saya membuang uneg-uneg. Kamu adalah orang yang pertama mendengar saya menangis saat saya berusaha tegar di depan orang lain. Kamu adalah orang pertama yan menjemput saya saat saya pulang sendiri ke Banyuwangi. Orang pertama yang saya kabari bahwa saya harus segera operasi dan keguguran. Kamu yang menuntun saya menuju makam ibu dan Aulia sambil terus mengkuatkan saya bahwa saya bisa menghadapi semuanya. Kamu siap “nomboki” utang-utang saya di Banyuwangi. Dan kamu adalah salah satu orang yang saya daftarkan nomer gratis telpon hanya satu alasan…..aku bisa telpon kamu setiap saat bahkan saat saya tidak punya pulsa sama sekai.  Kamu selalu ada untuk saya……

 Saya selalu ingat moment ini Den....cuaca panas kamu sibuk mengantar dan bawa koper aku ke stasiun. Saat saya harus kembali ke Batam melakukan perjalanan panjang seorang diri dengan perut yang masih terluka. "Kamu pasti bisa Raa.....selalu senyum ya?", pesanmu saat itu

Lalu apa yang saya lakukan untuk kamu? Saya pikir saya tidak pernah melakukan apapun untuk kamu. Jangankan membantu? Saya malah selalu merepotkan kamu.

Oh ya…saya juga sangat bersyukur kamu juga mempunyai istri yang luar biasa yang bisa mengerti persahabatan kita. Neta…..anakmu juga lucu. Dan saya berharap kamu mau memberikannya untuk saya. (Neta atau calon adiknya?). Hidup bahagia Den…sedang saya? Sudahlah saya nikmati hidup saya saat ini.

Den……hari ini ulang tahun kamu kan? Seharusnya saya di sana. Memberikan kue tart yang akan kamu tiup bersama istri dan Neta anak kamu. Dan kita akan tertawa bersama. Menceritakan kekonyolan-kekonyolan masa lalu kita. Tapi…..sayangnya saya tidak punya sayap untuk terbang kesana.

Saya hanya mendoakan kamu dari sini. Agar kamu di berikan kebahagian bersama dengan keluarga kecil kamu. Rejeki dan juga kesehatan untuk kamu. Dan satu lagi saya berharap kamu tetap menjadi sahabat terbaik saya selamanya……..
Saya tulis catatan ini dengan sepenuh hati dengan membayangkan perjalanan-perjalanan panjang yang kita lewati.
Happy Birthdaya ya Den…..Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kamu.

Di kereta.....berpanas-panas bawa koperku selepas operasi dan harus kembali ke batam dengan luka perut yang masih terjahit!Ssssstttt……..jaga rahasiaku ya…….dan maaf saya belum bisa bayar hutang kamu Hiksss…..(secepatnya ditransfer)
Mengenalmu saya belajar memaknai arti dari sebuah persahabatan tanpa tuntutan.




Deni adalah "soulmate" saya.....sedang kamu adalah seluruh jiwa saya....

: Dear
Jangan pernah cemburu ya......Habiskan teh yang aku buatkan untukmu

2 komentar:

Kampung Karya mengatakan...

ekspresiku jadi terharu gini mbk bacanya. Jujur, sulit cari sahabat yang seperti mas Deni... semoga terus terjaga..

berkunjung balik ya!

baru belajar blogging mengatakan...

hhm..persahabatan yang so sweet..