3 Nov 2011

BATAM DI NOVEMBER PERTAMA (2011)


Saya mencintai bulan November.....ya....bulan November adalah awal musim penghujan. Dan saya adalah pecinta hujan. Bulan November adalah sebuah jembatan yang menghubungkan antara dunia nyata dan dunia khayal saya. Setiap bulan November, maka kenangan-kenangan itu akan melompat dengan girangnya di otak saya. Seperti senja ini. Saat saya menikmati senyummu dan hujan dari balik kaca. Kau tau sayang....setiap hujan aku selalu ingat kamu, bukit dan ilalang. Serta doa-doa yang yang selalu saya ucapkan dalam hati untukmu Dan kenangan november kembali terulang hari ini. 1 November 2011. Saat saya menyadari bahwa hari ini adalah tepat 1 tahun saya di Pulau Batam. Atau lebih tepatnya di Serumpun Radio. Sepertinya baru kemarin saya bolak balik Jakarta - Batam - Banyuwangi! hingga akhirnya saya memutuskan untuk tingal dalam jangka waktu lama di Batam. Keputusan berat? saya katakan iya. Karena tinggal di Batam berarti meninggalkan masa lalu saya. Meninggalkan Jakarta ..... meninggalkan Banyuwangi.


Radio.....itu adalah jawaban saya untuk mengisi kekosongan waktu saya di Batam. Saat sebelumnya saya di event organizer. Menyenangkan....tapi disana saya tidak bisa bekerja dengan hati. Saya tidak ikhlas.........mungkin Tuhan menakdirkan bahwa dunia saya adalah dunia radio.....saat Dia menuliskan skenario indah untuk saya hingga saya memutuskan untuk mengisi kekosongan waktu saya dengan bekerja di Serumpun Radio sebagai penyiar. Ya...sebuah radio yang tidak bisa di bandingkan dengan dua radio yang pernah saya singgahi sebelumnya. Saya berpikir hanya main-main, dan sekali lagi hanya mengisi waktu kosong saya. 

Batam di awal November. Serumpun Radio Batam.

Disini saya banyak belajar. Ya...saya katakan belajar. Walaupun total baru 9 tahun saya di radio tapi di Serumpun Radio Batam saya benar-benar belajar. Belajar bagaimana kerja team, Belajar bagaimana mengatur emosi saya. Belajar bagaimana membuat program. Belajar bagaimana berbicara. Belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Yang benar-benar menguras semua emosi dan pikiran saya.Jika ada yang mengatakan apakah itu membuatmu tertekan Raa? saya mengatakan tidak. Saya benar-benar menikmati setiap detik waktu saya di studio. Mempelajari karakter-karakter unik. Terbengong-bengong saat saya menyadari bahwa segmentasi radio serumpun adalah budaya yang berarti adalah budaya melayu. Dan saya mati-matian mempelajari dialek melayu dan sejarah melayu. Sedangkan seumur hidup saya, kesan "banyuwangen" sudah melekat dalam pribadi saya. Pertentangan budaya. Sempat merasa "waahhh" saat frekwensi radio saya ternyata bisa didengarkan hingga Singapore dan Johor Malaysia dan pulau-pulau hinterland di wilayah kepulauan riau. Dan ada sebuah kebanggaan saat bisa memberikan informasi terutama kepada para warga negara indonesia yang ada di luar sana.

Dulu....saya tidak perlu pusing dengan lagu-lagu yang ada di folder komputer siaran. Dulu saya hanya datang siaran pulang............Atau liputan, nulis berita, baca dan selesai. Tanpa perduli bagaiman proses record dan bermain-main dengan adobe. Pembuatan iklan juga cuma modal suara. Tanpa peduli bagaimana proses kreatif. Tapi disini......saya "sedikit" di tuntut untuk belajar adobe. Belajar proses kreatif. Membuat program-program baru seperti membuat kisah-kisha inspirasi, kata-kata bijak, hadits-hadits, mengumpulkan data budaya dan dirubah dalam bentuk voice. Dan saya selalu menikmati proses-proses yang saya jalani selama satu tahun ini. Ternyata 9 tahun saya di luar sana, saya baru menyadari saya bukan siapa-siapa. Karena masih banyak yang harus saya pelajari.Saya juga mengalami stress luar biasa saat Balmon "memerintahkan" semua radio di Batam tiarap dengan alasan frekwensi mengganggu penerbangan pesawat di Singapore. Sedangkan radio kami adalah radio resmi yang berijin. Sebuah pengalaman yang tidak pernah saya temukan di Jawa. Bagaimana terpukulnya saya saat membaca pesan dari pendengar di Singapore, "Mbak....kapan radionya naik lagi? kita disini sama sekali nggk dapat akses informasi keadaan indonesia dan juga nggk bisa dengerin musik Indonesia" Oh Tuhan......saat saya berpikir bahwa radio hanya media saya untuk mengekspresikan diri saya, ternyata disisi lain berdampak luar biasa. Saya sempat mengatakan, ini bukan sekedar Radio, tapi berkaitan dengan rasa nasionalisme.

 Dan apakah saya akan mengatakan saya bosan dengan pekerjaan saya?

Saya sempat sharing dengan beberapa sahabat lama di dunia radio. "Aku wes bosen mbak dadi penyiar......wes lebih dari 5 tahun. Cuma ngono-ngono thok tanpa kemajuan"Saya akhirnya berpikir. Apakah nanti saya akan mengalami sebuah titik kebosanan? dulu memang mungkin saya merasa bosan karena kerja saya hanya datang siaran dan pulang. Tapi saat saya mengulik lebih dalam lagi....kebosanan itu benar-benar berhasil saya bunuh. Walaupun saya tidak mengingkari bahwa saya juga pernah mengalami titik jenuh tapi saya masih bisa mengendalikan dengan ide-ide baru bersama dengan sahabat-sahabat saya.

Kalau seandainya saya boleh menganalogikan. Batam adalah sebuah ruangan tanpa cahaya.  Dan saya harus meraba-raba dalam kegelapan untuk bisa menghidupkan lampu untuk  menyinari ruangan yang saya tempati. Dan saya menemukan pelita itu......walau saya tidak tau apakah pelita itu akan bertahan atau tidak untuk memberikan saya cahaya untuk selamanya di Batam ini.

Batam mengajarkan banyak hal kepada saya. Mengajarkan bagaimana saya bertahan sebagai  seorang Ira, sebagai seorang Istri dan sebagai seorang perempuan. Batam mengajarkan saya untuk menjadi perempuan yang lebih kuat saat saya menyadar bahwa saya jauh dari keluarga dan sahabat-sahabat saya yang berada di Banyuwangi dan Jakarta.

Tapi saya selalu ingat kata-kata almarhum ibu saya saat saya mengatakan bahwa saya takut jika merasa sendirian. "Kenapa kamu takut Raa? kamu lahir nanti sendiri, mati pun juga sendiri. Semua ini adalah bumi Tuhan"

Ya saya pegang kata-kata itu. Saya lahir dan kelak mati juga sendiri. Bumi ini adalah bumi Tuhan. Bukankah Batam juga bumi Tuhan?

Selain Serumpun Radio.....satu hal lagi yang membuat saya bertahan. Yaitu sahabat-sahabat yang saya temukan di Batam. Malaikat-malaikat yang di kirimkan Tuhan untu melindungi dan menjaga saya saat saya sendiri. Sahabat-sahabat terbaik yang menemani saya di Serumpun Radio Batam.

1 tahun.....ya...sepertinya baru kemarin kita kenalan. Sepertinya baru kemarin kita merasakan suasana kaku saat rapat. Yang menganggap saya makhluk asing yang masuk dalam dunia kalian dengan dialog jawa saya yang cukup kental. Seakan baru kemarin kita berjabat tangan dan menyebutkan nama kita masing-masing. Sepertinya baru kemarin kita kerja bakti saat pindahan studio dari lantai 3 ke lantai satu. Seakan baru kemarin kita rapat program dan sedikit merombak beberapa rancangan. Seakan baru kemarin saya merasa sakit hati saat ada yang mengatakan, "siapa kamu?". Dan saat mereka membandingkan sebelum dan sesudah saya datang.

Saya berpikir sudah terlalu banyak yang aku lakukan bersama kalian. Termasuk sahabat kepompong saya. Ella, Firman, Ramzey dan Jun Batam Juge. Terimakasih sudah menjadi bagian dari diri saya selama satu tahun ini. Saya masih berpikir masih akan banyak kegilaan yang bisa kita lakuka bersama. Dari sekian konflik yang kita alami.

"Kita pindah ke Pekan Baru"

Saya menggeleng keras

"Jakarta"

Saya tetap menggeleng, "Saya hanya mau pindah jika pulang ke Banyuwangi. Karena rumah saya dua. Banyuwangi dan Batam. Tidak ada daya tawar lagi"

Kalian tau kawan........saya tidak tahu apa yang terjadi satu detik lagi....satu bulan lagi atau di bulan November satu tahun lagi.......Tapi saya berharap bahwa saya masih bisa menulis catatan saya di tempat yang sama saat saya menulis catatan saya sekarang. Itu harapan saya.....kalau pun tidak ditempat yang sama saat saya menulis catatan ini, saya masih mengucapkan terimakasih pada Tuhan bahwa kalian menjadi bagian terindah dan terpenting dalam kehidupan saya yang membuat saya bertahan sampai sekarang di pulau yang berada di perbatasan Indonesia. Pulau Batam!

Ya......bulan november pertama di kota Batam....dan saya berharap november batam tidak berhenti di angka pertama dan berkelanjutan hinga 2 3 4 5 6 7 8 9 atau mungkin berbelas tahun. Tapi saya bukan Tuhan yang bisa mengatur jalan mana yang harus saya ambil. 


Kau tahu sayang.....selain radio, persahabatan, kau adalah alasan terbesar saya bertahan disini. Love u My Weeds...........ketika aku akan terus menulis catatan-catatan tentang perjalananku, tentang banyuwangiku, tentang kamu dan tentang batam kita. Batam mu dan Batam ku.

Ya....saya mencintai bulan november jauh sebelum saya mengenalmu, mencintai hujan dan kini saya mencintai kamu dan Batam.

Batam di November pertama 201

3 komentar:

catatan kecilku mengatakan...

Memangnya mbak Ira mau menetap utk seterusnya di Batam ya? Sudah kerasan banget mbak?

Mulyani Adini mengatakan...

Mb Ira..apa sekarang masih di Batam atau sudah di Jakarta lagi.

Saya aslinya tg pinang, tapi tinggal di pulau bintan....jarak batam sama bintan hanya 20 menit utk naik spit yaa..meskipun saya jarang ke batam paling kalau buat jalan2 aja....

lietas209 mengatakan...

haloo yuuukkkk...wekekkekek sekarang aku beredar di sini aja deh...hehhehe kalau kamu sudah bisa bilang batammu batamku, heheheh aku belum bilang jembermu jemberku...meski nyaris sepuluh tahun di jember, aku masih merasa numpang di sini, hehehhehe