10 Sep 2011

APAKAH SAYA SUDAH MERDEKA?

.Apakah saya sudah merdeka? hhmmm.....mungkin aneh jika saya menggunakan kata "saya" untuk memaknai sebuah kemerdekaan. Mulai kemarin isi status FB hingga blog bahkan bbm dan sms semua bertemakan kemerdekaan. Bahkan lagu-lagu bertemakan Indonesia tibatiba saja muncul kayak cendawan di musim hujan.  Saya heran...kenapa gema nasioanalisme hanya ada di pertengahan bulan Agustus saja?. Berbicara sejarah...berbicara perjuangan...bicara nasionalisme bukankah bisa di lakukan setiap waktu dan setiap saat?
Saya selalu dianggap aneh jika saya menulis dan membaca sesuatu yang "berbau" sejarah jika melakukannya di luar bulan Agustus. Ya...saya tau jika saya adalah orang aneh. Tapi saya masih mempertanyakan apakah saya sudah merdeka?


Ya...Indonesia sudah merdeka. Sangat jelas sekali. Kalu belum merdeka lalu untuk apa upacara tiap 17 Agustus? Tapi aplikasinya? saya rasa kita belum merdeka....Ya...saya berbicara kita. Bukan saya. Kita bangsa indonesia masih belum merdeka. Saya masih ingat jika Sukarno mengatakan bahwa Bangsa Indonesia itu harus Berdikari. Berdiri di Kaki Sendiri. Saya juga masih ingat mengapa Sukarno menggunakan kata "Marheinisme?". Karena dalam perjalanannya di Bandung dia menemukan sosok petani yang bernama Marhein yan mengelola sawahnya sendiri, dengan alat-alat pertanian yang dibuatnya sendiri. Di panen sendiri untuk diri sendiri. Berdikari. Berdiri di kaki sendiri.  Hal itu yang menjadi inspirasi bagi Sukarno bahwa bangsa Indonesia bisa berdiri untuk menentukan nasibnya sendiri.

Yaaa.....kita telah merdeka di atas lembaran teks proklamasi dan pengakuan dari negara-negara tetangga. Tapi kenyataanya kita masih belum merdeka. Indonesia mengalami penjajahan neokolonialisme. Penjajahan jenis ini dilakukan dengan cara baru misalnya penjajahan ekonomi dengan penerimaan bantuan asing. Indonesia kini mengalami penjajahan bukan dalam bentuk aksi militer melainkan kooptasi kepentingan asing. , Indonesia kini kehilangan kedaulatannya di bidang politik, ekonomi, budaya dan teknologi.
Setiap Undang-undang yang di buat oleh "anggota dewan" terhormat pasti ada kepentingan dari asing. Ah.....lalu bagaimana kita bisa berdikari seperti cita-cita Sukarno?

Kita terlalu sering di bohongi dengan analisis-analis data yang membuat kening saya berkerut. Hal yang sederhana adalah tentang jumlah angka kemiskinan di Indonesia. Pemerintah mengklaim bahwa angka kemiskinan di Indonesia menurun setiap tahun. Di jalan-jalan, jumlah kendaraan roda dua meningkat, mobil-mobil baru memenuhi jalanan yang ada di Indonesia. Melalui daerah pemerintahan pusat bahkan sampai ke pedalaman. Bukankah itu menandakan bahwa perkekonomian masyarakat Indonesia membaik? tapi seperti terbalik. Media-media memborbardir dengan berita-berita kemiskinan....pencurian untuk alasan makan...membuang bayi hasil perselingkuhan...korupsi......kematian karena kelaparan......masyarakat yang maish tinggal di hutan dibawah garis kemiskinan? atau edisi pulang kampung versi Nazarudin yang menghabiskan angka 4 miliar rupiah? Sesuatu yang "njomplang"! Lalu mana yang benar?
Saya tidak tau....tapi yang saya tau....di sekitar saya masih begitu banyak masyarakat yang balik kucing dari rumah sakit karena harga pengobatan yang sangat mahal.......Ibu-ibu bergosip untuk masakan yang paling sederhana agar mereka irit dan tidak mengeluarkan banyak uang untuk berbelanja bulanan.....Anak-anak yang harus berhenti sekolah karena ayahnya tidak mendapatkan pekerjaan yang layak hingga tidak sanggup membiayai sekolah anaknnya yang selangit. Lalu mana yang harus saya percaya?

Aaahhh...tiba-tiba saya malas melalukan analisis tentang negara saya. Kembali ke pertanyaan awal saya....Apakah saya sudah merdeka? lebih baik menganalisis diri saya sendiri...karena faktor kesalahanya sangat kecil. Kalau seandainya yang protes pun tidak perlu melewati dewa pers.
Apakah saya sudah merdeka? Dengan tegas saya katakan bahwa sebagai seorang Ira adalah orang merdeka. Ingin tau buktinya? saya masih bisa menulis semua isi pikiran saya. Entah itu penting atau tidak penting. Saya masih bisa mengekspresikan diri saya. Masih bisa bernyanyi sesuai dengan kata hati....menulis puisi......membaca buku.........Merdeka adalah sebuah kebebasan mempelajari segala sesuatu tyang saya suka tanpa ada satupun yang berhak mendikte saya.  Menentukan sendiri langkah apa yang akan saya ambil untuk masa depan saya. Saya mempunyai prinsp walaupun suatu saat nanti badan saya terpenjara dan terkungkung serta di batasi , tapi yang terpenting saya bebas untuk bermimpi dan mempunyai pemikiran yang merdeka. Karena pemikiran tidak pernah bisa di batasi oleh ruang-ruang yang terkotak-kotak. Ya...saya adalah perempuan yang medeka. Walaupun saya harus menyadai bahwa kebebasan saya masih harus bertoleransi dengan norma-norma yang ada karena saya tinggal di lingkungan masyarakat yang majemuk.

Tapi jika saya sebagai warga negara Indonesia. Saya masih belum merasa merdeka. Karena kebebasan kita masih di dikte dengan aturan-aturan dari luar. Karena saya harus membayar sangat mahal berjuta-juta rupiah  untuk kesehatan saya, walaupun pemerintah mengatakan bahwa semuanya gratis. Karena saya harus membayar mahal untuk pendidikan saya. Karena saya harus membeli buku-buku yang sangat mahal agar saya sedikit pintar. Karena saya harus menangis karena menantu pembantu saya harus pulang kampung karena gajinya sebagi buruh bangunan tidak pernah di bayarkan selama 3 bulan. Karena saya harus menyediakan bahu saya saat seorang TKW menangis di bahu saya dalam perjalanan Batam - Surabaya, karena dia adalah satu korban pelecehan dan didepotasi dengan janin di dalam rahimnya. Karena ibu saya di pindahkan dari sekolah nya karena ibu saya protes dengan tarikan uang untuk muridnya. Karena Nazarudin pulang kampung dan menghabiskan anggaran 4 miliar rupiah. Karena Antasari dipenjara hanya karena skandal perselingkuhan. Karena buyut-buyut saya dianggap sebagau PKI dan aliran kiri. Karena anak jalanan yang tertabrak mobil tepat di depan saya, dan mobil itu melarikan diri dan saya hanya berteriak dan memeluk anak itu agar bertahan. Karena seorang petani tua yang dibentak petugas rumah sakit karena keluarganya masih belum menyediakan darah tranfusi akibat lukanya jatuh dari pohon kelapa.....Karena......karena......ya karena saya terlalu sering melihat ketdak adilan di sekitar saya.

Ah....sudahlah Raa.....
Sebuah protes kecil dari kamu tidak akan pernah di dengar. Tapi paling tidak bukankah saya membuktikan bahwa saya adalah orang yan merdeka? yang bisa mengeluarkan uneg-uneg saya walaupun dalam catatan saya yang nggk seberapa ini.

Sebentar....tiba-tiba saya ingi cek KTP saya. Hhhmmm.....KTP saya lengkap ada 3. KTP Banyuwangi, KTP Jember dan KTP Tangerang Selatan. Berarti saya adalah masih di akui sebagai warga negara Indonesia dengan ketiga KTP saya. Padahal saya sekarang berada jaaaaauuuhhh disebuah perbatasan Indonesia yaitu Pulau Batam.

Entahlah.....disini rasa nasioanalisme saya benar-benar di uji. Saya ingin mengibarkan bendera kecil saya di depan studio Radio saya. Walaupun kecil...tapi saya masih bangga bisa mengibarkan bendera di tanah perbatasan. Mengibarkan dengan sepenuh hati dan berharap agar Batam selamanya masih dalam bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ya...mengibarkan bendera bukan sebagai sebuah rutinitas yang dilakukan setiap tanggal 17 agustus. Tapi dengan ketulusan yang sangat tulus bahwa saya sangat mencintai Indonesia ini. Selamanya........sampai nanti saya mati. Ayah saya mengajarkan pada saya, "Raa.....ayah tidak perlu mendapatkan penghargaan dari pemerintah atas perjuangan ayah di Timor-timor. Tapi Ayah akan sangat bangga jika kamu, anak gadis ayah bisa mencintai Indonesia seperti ayah juga mencintai Indonesia. Mencintai dengan keikhlasan. Mencintai Indonesia" Dan ayah mengajarkan padaku bagaimana menghormat pada bendera di depan rumah dengan sikap sempurna. Ayah mengatakn kepadaku, "Tidak mudah mengibarkan Bendera itu di Indonesia. Karena harus di tebus dengan luka ayah dan nyawa teman-teman ayah". Ayahku adalah seorang pejuang sejati. DAEANG MOESA BIN RABIN SILA

apakah saya sudah merdeka? hhmmmm.........entahlah....saya semakin ragu dengan jawaban saya.
Yang pasti saya bangga menjadi bagian dari Indonesia.

 
Pelabuhan Sei Guntung
17 Agustus 2011

Tidak ada komentar: