2 Jun 2011

SAYA INGIN BERTANYA, RUMAH TANGGA ITU APA?

Rumah tangga? Terlalu sering aku mempertanyakan maknanya sejak dulu, saat aku sudah bisa mengetahui dan membedakan mana ibuku dan mana ayahku. Tetapi ibuku tidak pernah bisa menjelaskan apa itu rumah tang. Setiap aku bertanya tentang rumah tangga dia hanya tersenyum dna berkata, kelak kamu akan tau Raa apa itu rumah tangga.

Aku terkadang selalu mempertanyakan kenapa rumah tangga keluargaku berbeda dengan rumah tangga teman-teman sekolahku? Ibuku ada di Banyuwangi, sedangkan ayahku ada di Bali. Kami bisa dikatakan jarang untuk makan bersama, ataupun sekedar sholat berjamaah. Dan aku juga lupa kapan terakhir kali ayahku menjadi imam saat aku sholat? Yang terekam dalam memoriku hanyalah wajah tua nenek ku yang selalu menjadi imam kami. Aku ibu dan kakak lelaki ku yang belum balig. Akhir pekan ayahku pulang ke Banyuwangi dan hanya semalam aku menikmati wajah laki-laki yang aku sebut ayah. Bahkan jarak kami sangat jauh. Aku selalu takut melihat matanya yang mengerut jika dia berbicara padaku. Apalagi saat dia terus memaksaku membaca buku buku tebal yang kelak menjadikanku sebagai perempuan pecandu sejarah. Minggu mala ayahku kembali berangkat ke Bali. Ibu ku bilang ayahku menjalakan tugas negara. Dan aku sangat bangga saat dia menggunakan sepatu larasnya. Saat senin pagi semuanya kembali lagi seperti biasa. Hanya Nenek, Ibu, aku dan kakak lelakiku.



Aku sempat bertanya pada ibu, kenapa keluarga kita beda? Kenapa tidak seperti keluarga teman-temanku? Dan ibuku kembali menegaskan kepadaku, “Karena keluarga kita beda Raa. Agar kita menjadi perempuan kuat”. Kelak aku tahu. Tuhan melatih kami agar kami menjadi perempuan-perempuan yang tegar. Karena ayah tidak pernah kembali untuk pulang ke rumah kami di akhir pekan. Karena Ayahku telah kembali ke surga. Akhirnya makna rumah tangga kembali tak bermakna. Ayahku pergi. Kemudia Nenekku. Tinggal aku dan Ibuku. Sedangkan kakak laki-lakiku? Entahlah……..

Aku selalu memalingkan muka jika melewati sebuah taman dan aku melihat ayah ibu dan anak nya, keluarga lengkap sedang bercanda.  Rumah tangga bahagia. Aku hanya menghela nafas. Aku ingin menjadi bagian dari rumah tangga bahagia itu. Pernah suatu saat aku berkunjung di salah satu rumah. Keluarga besar. Tidak bisa dikatakan kaya. Tapi aku menemukan kebahagian disana. Anak-anak saling berebut makanan yang dimasak ibu. Sedangkan ayahnya sesekali bercanda sambil berbicara kepadaku. Aku berhasil menyembunyikan air mataku.

“Kamu harus berumah tangga Raa” Ibuku menekankan kalimat itu padaku. “Tidak selamanya kamu akan hidup seperti ini. Buatlah rumah tangga yang kamu impikan. Ibu tahu, kamu selalu bermimpi mempunyai sebuah keluarga yang utuh. Iya kan?” Ibu selalu bis amenebak pikiranku.

Aku merenung…..Apakah ini rumah tangga yang aku impikan sejak kecil  saat terwujud? Kami seperti robot yang teratur oleh waktu. Jangankan sarapan pagi? Bahkan segelas air putih jarang ada di rumah kami. Sering saya pulang tengah malam dan menemukan lampu rumah masih belum menyala. Dengan kesulitan saya akhirnya harus membuka pintu sendirian dan menemukan rumah kosong dan saya akan tertawa lirih untuk memecah rasa sepi. Mengkunci diri dalam kamar. Tidur dengan pakaian yang sama dan harus segera bangun keesokan harinya sebelum matahari muncul. Atau saat tengah malam aku harus terbangun untuk membuka pintu, dan kami akan asyik dengan mimpi kami sendiri-sendiri. Menikmati segelas kopi seoran diri, sedangkan aku sangat ingin sekali ada seseorang yang menemani. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menenggelamkan diri dalam kesibukan-kesibukan yang tidak jelas. Rumah tangga yang aku susun bagaikan sebuah puzzle yang berantakan terjatuh dari lantai tiga. Dan aku tidak mungkin menyusunnya sendirian. Tempat tidur yang berantakan, entah berapa minggu kain sprei belum terganti. Meja yang penuh dengan buku dan air mineral. Tuhan…..terkadang aku benci dengan diriku. Mengapa aku tidak bisa menjadi seorang perempuan yang memiliki rumah tangga smepurna seperti mimpiku?

Dan hari ini aku berteriak-teriak seperti orang gila. Menanyakan apakah aku yang salah? Apakah mimpiku terlalu tinggi hanya untuk sebuah memaknai rumah tangga? Pikiranku liar sehingga aku sendiri tidak sanggup untuk mengendalikannya. Aku mengusap air mata. Apa iya dengan kemarahanku, aku bisa bahagia. Apa iya dengan tangisanku bisa merubah kehidupanku seperti dalam negeri dongeng? Apa iya dengan teriakanku aku bisa mendatangkan ibuku dan ia akan menggenggam tanganku  sambil berkata, “Kamu akan baik-baik saja Raa”. Apa iya dengan jeritanku ayahku akan datang dan mengatakan bahwa ia akan kembali menjagaku seperti masa anak-anakku dulu serta mengatakan “Raa, ayah tidak pernah mengajarkan kamu menjadi perempuan cengeng!”

Aku harus diam. Aku harus instropeksi diri. My Dear….tolong genggam tanganku dan katakan padaku bahwa semuanya akan baik-baik saja.


 (Ini adalah kamar aku dan almarhum ibuku. Kamar itu sekarang kosong. Dikamar itu dulu kami, -aku-ibu-, selalu mendisuksikan berbagai macam hal. Termasuk mimpi kami dua perempuan dewasa tentang sebuah rumah tangga)







7 komentar:

catatan kecilku mengatakan...

Mbak Raa... seneng bisa mampir lagi kesini. Apa kabar mbak?
Tulisan2 mbak Raa selalu saja sarat dengan banjir pertanyaan yang sulit utk dijawab. :)

Nitis mengatakan...

mbak Iraaa...aku nunut belajar yaaa...(berumah tangga itu jadikan seperti yang ada dalam bayangan...waduuh,,padahal aku belum berumah tangga nich)

xamthone plus mengatakan...

emz pha ya mba,,?
cz q jg lom bgtu pham krn q lom berumah tangga. hehe....

jelly gamat mengatakan...

Saya tau rumah tangga itu sebutan dari nama berkeluarga,tapi saya belum tau kenapa di namai rumah tangga...

obat tradisional asam urat mengatakan...

membuat rumah tangga tuh tidak semudah yang kita bayangkan....
perlu rencana yang matang...

obat penyakit darah tinggi mengatakan...

Sama dulu juga saya selalu bertanya-tanya apa itu rumah tangga,,,
tapi bener apa kata orang tua nanti juga bakalan tahu sendiri,,
dan kenyataannya pun sesuai dengan apa yang saya rasakan, saya bisa mengerti sendiri

Anonim mengatakan...

emm...apa y,, mungkin rumah tangga itu ngga bisa dijabarkan hanya dengan kata2 kali ya,' seseorang itu perlu terjun sendiri untuk mengalami sebagai pemeran.dari sana mungkin kita baru bisa mengerti dan menyimpulkan sesuai dengan peran masing2.apa itu rumah tangga......mungkin aye sendiri jg blom ke arah sono....hehehe