15 Jan 2018

Terlahir menjadi perempuan




Terkadang saya berpikir, betapa panjang perjalanan yang sudah saya lewati. Bertemu dengan orang orang baru, menghadapi peristiwa yang mempengaruhi keputusan keputusan yang saya ambil

Menjadi perempuan, sudah belasan mungkin puluhan kali mendapatkan perilaku tidak menyenangkan. Mulai dari disepelekan sampaikan dilecehkan. Saya pernah memilih diam saja karena terlahir di keluarga yang masih menjunjung adat ketimuran. Perempuan yang harus ngalah. Perempuan kudu nerimo. Perempuan harus melayani laki laki, walaupun sering menyakiti. Ibu tidak pernah berbicara langsung, tapi dia bicara lewat matanya yang berkaca-kaca. Lewat doanya yang saya dengar setiap malam. Sampai ibu bilang bahwa saya harus memilih jalan sendiri

Mereka bilang saya keras kepala seperti ibu. Berani dan suka melawan seperti bapak. Padahal saya hanya ingin membela diri saya sendiri

Berkali kali saya memilih untuk mundur tapi mereka tertawa dan bilang saya kalah. Saya tidak suka dipecundangi. Mundur untuk melompat lebih jauh bukan? 

Sederhana saja. Perlakukan perempuan, seperti laki laki juga ingin diperlakukan. Hargai perempuan sebagaimana laki laki ingin dihargai. Perempuan dan laki laki adalah sama sama manusia?

Mungkin benar katamu saya terlalu banyak bicara. Terlalu banyak bermimpi dan berhalusinasi. Ini adalah jeda. Iya jeda. Tapi lebih baik sudahi saja jika kau merasa tersakiti

Kata Krisdayanti. "Namun hidup ini jangan berhenti. Hanya bila aku pergi"
.
.
Kita akan rindu ceria dibawah jendela ini bukan

Tidak ada komentar: