15 Jan 2018

Perjalanan terjauh



Banyak yang bertanya kemana perjalanan terjauh mu Raa. Jika saya menjawab, ke hatimu. Maka sebagian besar mereka akan protes dan bilang udah nggak musim Raa

Sampai detik ini saya juga masih bingung kemana perjalanan terjauh saya. Karena bagi saya perjalanan terjauh bukan hanya sekedar jarak tapi tentang kekayaan batin setelah melakukan perjalanan itu

Saya tinggal di rumah pinggir jalan. Tidak memiliki banyak tetangga karena depan rumah jalan raya besar dan belakang adalah lapangan luas. Untuk bermain dengan kawan seusia, saya harus menyeberang jalan. Yang namanya dolan hanya saya rasakan pada malam Minggu atau hari minggunya. Di luar itu? Semua hanya tentang sekolah. Sehingga jika ada kids jaman now bercerita betapa tidak menyenangkan nya sekolah saat ini, saya berpikir mungkin gurunya masih sama dengan jaman saya dulu. Guru guru jaman Belanda, jaman penjajahan yang nggak asyik sama sekali

Tiap malam Minggu, ibu selalu menyeberangkan saya agar bisa bermain main bersama teman seusia. Malam itu kami bermain tutup mata. Karena usia saya paling kecil saya selalu kena bagian yang ditutup matanya. Percayalah, perundungan itu selalu terjadi pada mereka mereka yang tidak punya daya tawar semacam saya saat masih kecil. Ketika saya menolak menjaga pasti mereka tidak akan mau berteman dengan saya. Dan saya akan nangis sendirian. Belum lagi plus dibilang pesek dan gendut

Mengesalkan. Mereka sembunyi terlalu jauh sehingga saya kesulitan memegang mereka dengan mata tertutup. Hanya ada suara cekikikan saja. Hingga akhirnya saya berhasil menangkap satu orang dan meraba tubuh dan wajahnya. Menebak nebak siapa namanya. Namun tiba tiba dia mendorong dan saya terjatuh duduk tepat di atas pohon kaktus. Tidak ada yang menyadari itu. Saya menahan sakit ketika duri duri secara kejam nempel di bagian belakang tubuh saya. Tidak ada keberanian meminta mereka untuk mencabuti duri yang tersisa

Saya hanya meringis dan berlari pulang. Menyebrang jalan pun susah karena biasanya ibu baru jemput jam 9 malam. Duduk di trotoar pun tidak mungkin karena duri duri masih nancap di bagian pantat belakang. Berdiri dipinggir jalan bermenit-menit semacam bertahun tahun. Saya menjerit ketika ibu terlihat membuka pintu dan meminta diseberang kan untuk pulang. Ibu tergopoh-gopoh menyusul saya lalu saat sampai di rumah saya langsung masuk kamar. Nangis sambil ganti baju yang dipenuhi dengan duri kaktur. Mencabuti duri duri kecil sendirian di bagian pantat dengan kesusahan, karena malu meminta tolong pada ibu atas kesalahan dan kekonyolan saya.

Maka akhirnya saya menyadari, jika saat itu adalah perjalanan terjauh yang pernah saya lakoni. Jatuh di kaktus, diketawai, menunggu ibu dipinggir jalan dan mencabuti sisa duri sendirian sambil meringis di kamar mandi

Perjalanan yang membuat dewasa, gadis kecil yang usianya belum juga genap 10 tahun

*Wajah ketika ditanya, Apakah dulu kamu nakal Raa?


Tidak ada komentar: