15 Jan 2018



"Hati sebenarnya memiliki bilik bilik. Ada yang sempit ada yang luas. Terserah kita yang memiliki hati untuk mempersilahkan siapa yang akan singgah dalam bilik tersebut. Tentu bilik terluas untuk mereka yang spesial. VIP atau bahkan VVIP," kata Kak Mona sambil mengemudi.

Saya di sebelahnya hanya bengong saja, diam sambil mengangguk anggukkan kepala. "Semacam ada yang hilang saat mereka pulang dan aku tinggal disini". Saya menelan ludah.

"Bayangkan kak. Kami berhari hari bersama di kejar kejar waktu. Berbelas jam di atas kapal. Berpindah dari satu pulau ke pulau lain dari satu sekolah ke sekolah lain. Berbagi bagi tugas tanpa perlu berdebat padahal kami bukan teman lama"

Kak Mona hanya tertawa saja. "Kenapa tiba tiba kamu melow Raa. Ini bukan perjalananmu yang pertama kan? Tumben"

"Aku kehilangan Kak. Entah kapan lagi kita bertemu"

Hujan turun di Simpang Bandara. Kenapa juga hujan selalu identik dengan kenangan. Dengan perpisahan. Bertahun tahun lalu saya meninggalkan Batam juga dengan hujan. Saya lupa apa benar benar hujan apa hujannya adalah hujan air mata. Saya lupa dan benar benar lupa. Yang saya ingat perpisahan itu tanpa ada siapa siapa. Hanya saya yang berdiri sendiri di tulisan Hang Nadim Batam. Tidak ada kalimat selamat jalan hati hati atau pelukan.

Ya aku ingin memeluk kamu tapi bukankah kamu cuma angin. Datang lalu pergi?

Ya kita akan sama sama pulang tapi arahnya berbeda. Kita akan menyebutnya kenang. Iya cukup mata kita yang bicara bahwa kita sama sama merasa kehilangan.

Saya akan kangen kalian. Mbak Firoh, Bang Akhirudin, Kang Ujang, Qory, Kiki dan Umam. Tim#Anambas #MenyapaNegeriku

Percayalah ada bilik yang tiba tiba kosong saat kalian pergi. Terimakasih dan dengan kerendahan hati saya bangga menjadi bagian dari kalian

Batam 6 Desember 2015

Tidak ada komentar: