15 Jan 2018

Dilecehkan itu nggak enak......


Dilecehkan itu nggak enak......
Sebelum membaca catatan saya lebih baik njenengan baca berita link dibawah ini.
Berikut kutipannya. Tapi tolong baca beritanya secara utuh
-------------
Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian menyatakan dalam kasus pemerkosaan, terkadang polisi harus bertanya kepada korban, apakah merasa baik-baik saja setelah diperkosa dan apakah selama pemerkosaan merasa nyaman.
"Pertanyaaan seperti itu yang biasanya ditanyakan oleh penyidik sewaktu dalam pemeriksaan, untuk memastikan, apakah benar korban diperkosa atau hanya mengaku diperkosa, untuk alasan tertentu," jelas Tito.
-------------
Beberapa bulan yang lalu saya harus mengungsi. Iya mengungsi dengan makna sebenar-benarnya. Selepas saya menulis salah satu berita, ada sms yang masuk ke handphone saya. Bukan satu kali. Tapi dua kali dan bahkan tiga kali dan masih ada sms sms melecehkan lainnya. Ancaman pemerkosaan dan pembunuhan.Pelecehan seksual secara verbal. Saya masih merinding jika membacanya. Saat itu tengah malam. Saya memilih mematikan lampu semua rumah dan bersembunyi di dalam kamar. Mematikan semua perangkat elektronik. Hanya satu alat komunikasi yang saya aktifkan. Nomer pribadi, tentunya saya mematikan GPS.
Tepat saat matahari terbit saya beranjak dari kamar dan memilih segera keluar dari rumah. Bersembunyi di stasiun lalu berpindah dengan cepat menemui teman teman terbaik. Menghubungi beberapa orang dan saya memilih menolak untuk ditemui. Saya menangis sepanjang perjalanan di atas motor. Sempat berpikir ingin melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib, tapi tidak memungkinkan. Hingga akhirnya saya ditampung di rumah salah satu sahabat selama berhari-hari. Saya memaksa diri sendiri untuk mengembalikan kepercayaan diri saya sendiri. Saya yang sudah kebal di ancam dibunuh tapi ternyata harus kalah dengan perasaan dilecehkan dari kiriman sms.
Sepagi ini saya berpikir keras, jika di sms saja membuat saya shock nggak karua-karuan apakabar jika dilecehkan secara fisik. Apalagi sampai diperkosa. Dan apakah masih ada perasaan nyaman saat itu? Jika ada yang bilang ah dia kan menikmati. Saya hanya akan ngelus dada saja buat menahan marah.
Suatu hari sahabat saya sendiri bercerita kepada saya jika dalam proses perceraian, dia dipaksa berhubungan badan oleh lelaki yang saat itu berstatus suaminya dan ternyata hamil.Akhirnya anak bungsunya lahir setelah surat cerai keluar.
"Jika ada pengadilan tertinggi, kakak akan banding.Pemerkosaan dilakukan oleh lelaki yang berstatus suami Kakak akan memprotes semuanya. Bahkan sampai ke langit. Tapi kakak tidak bisa melakukan apa-apa Raa," suaranya bergetar dan saya ingat air matanya menetes. Iya menetes satu dan dua saja. Menandakan ada amarah besar dalam dirinya.
Masih sahabat saya lainnya, ketika suaminya mengidap Sadomasokisme. Ia memilih diam saja dan menjalaninya selama bertahun-tahun hingga memiliki satu anak. Dia memilih bertahan dengan alasan sederhana. Cinta dan pengabdian pada keluarga. Jika ada yang bertanya apa itu Sadomasokisme. Penyimpangan seksual. Kepuasan seksual diperoleh dengan menyakiti terlebih dahulu pasangannya. Menyiksa. Dengan berbagai macam cara. Bagaimana sekarang dia? dia berhasil lepas dan memilih hidup sendiri. walaupun saya tau trauma itu akan tetap melekat bahkan ketika saya bertemu terakhir kali. Saya bilang bahwa Tuhan akan memilihkan lelaki yang akan menjaganya. Benar-benar menjaganya dengan dasar kasih saya dan kasih Tuhan.
Dan saya yakin mereka berdua saat ini sedang membacanya. Dan bukan lagi dengan menangis tapi dengan tersenyum manis karena mereka telah menyelesaikannya. Mereka berani bicara walaupun lewat perantara saya.
Masih ada puluhan dan ratusan perempuan yang kisahnya saya simpan baik-baik. Ada kekerasan saat pacaran, pemaksaan hubungan seksual karena alasna cinta. Di ciuam tiba-tiba. Diraba-raba atau banyak perlakuakn hal lain yang tidak menyenangkan.
Dan kisah terakhir seorang teman laki-laki saya. Dulu sekali di wilayah Bambu Ria Banyuwangi. Dia berteriak teriak ketika seorang waria menghampirinya dan mengelus dadanya, meremas kemaluannya termasuk menciumi wajah teman laki-laki saya.
Saya yang sedang menikmati teh hangat hanya bilang ke waria itu untuk pergi dan bilang jika laki-laki itu teman saya. "Oalah mbak.. sepurone yoo," katanya sambil mencium udara ke arah saya sambil melambaikan tangan tanpa merasa berdosa.
Lalu apakabar teman laki-laki saya itu,? Dia marah, mengeluarkan sumpah serapah. Isi kebun binatang keluar semua dari mulutnya. "Aku harus mandi besar kalau kayak gini. Sumpah. Kotor rasanya. Pingin tak pukul saja. Sialan," dia mengomel dan merasa jijik dengan tubuhnya sendiri.
Saya tersenyum dan menyodorkan teh hangat ke dia agar tenang.
"Hal yang sama juga dirasakan perempuan jika dia lecehkan oleh laki-laki. Dan kadang kaum kalian berpikir kami menikmati dan merasa nyaman. Kamu sudah merasakan apa yang kaum kami rasakan," cetus saya sambil menyuruhnya diam.
Kami diam dalam waktu yang lama hingga kemudian dia memilih mengajak saya pulang dan tidak membahas hal itu sama sekali hingga detik ini. Tapi akhirnya saya tahu dia begitu menghargai kekasihnya hingga kemudian menikahinya. Perilakunya juga berubah, dia lebih care dengan masalah masalah sosial disekitarnya.
Yup. Tidak harus menjadi korban dulu agar kamu menjadi peduli bukan?
Jika tidak bisa membantu, minimal memberikan rasa nyaman dan aman untuk orang-orang sekitar kita, sehingga tidak adalah pelecehan ataupun hal hal sejenisnya. Sehingga tidak adalagi pertanyaan "apakah selama pemerkosaan merasa nyaman?"
Selamat ngopi. Jangan lupa sapa orang disebelahmu, kawan.

Tidak ada komentar: