4 Feb 2012

KAMU SUDAH MAKAN?

kenapa sih Raa….kalo mau makan sibuk cari bacaan”

Saya hanya tersenyum sambil berkata, “kebiasaan makan sendirian”

Mungkin saya bukan tipe perempuan yang menikmati makanan saya di meja makan dengan keluarga. Sejak kecil saya selalu menghabiskan makanan saya sendirian. Ibu saya yang selalu berangkat lebih dulu memaksa saya unuk menghabiskan sarapan saya seorang diri. Makan bersama adalah moment special bagi saya. Setiap awal bulan saat ayah saya pulang dari Bali dan mengajak  ibu, saya dan mas Nurul dengan naik becak Pak Johar langganan sekolah saya untuk makan di kedai Pak Umar. Kedai yang menjual sate dan gule. Itu adalah masa-masa yang membahagiakan buat saya. Saat saya makan sendirian, otak saya memaksa untuk mengingat saat saya tertawa makan satu meja bersama ayah, ibu dan kakak saya. Dan kami berebut untuk menghabiskan sate tanpa berbagi karena saya dan kakak saya mendapatkan satu porsi sate berisi 10 tusuk. Semuanya kini hanya kenangan. Saat saya semakin larut dengan pola makan saya dengan berteman Koran dan buku bacaan. Kebiaaan awal agar saya agar tidak memikirkan kenangan makan bersama keluarga. Hal itu berlangsung bertahun-tahun. Saat saya kost waktu kuliah saya selalu menghabiskan nasi bungkus saya sendirian dipojokkan kamar dengan buku, walaupun ada teman-teman kost di kamar saya. Saya lebih menikmati acara makan seorang diri.  

Jika bagi orang lain acara makan adalah saat untuk kebersamaan keluarga , tapi bagi saya bukan apa-apa. Bagi saya acara makan ya makan….masukkan makanan lewat mulut … lalu kenyang dan selesai. Saya selalu merasa kaku dan bingung jika makan di meja makan. Karena saya lebih suka makan selonjoran di depan TV di lantai sekali lagi sambil baca buku.

Jika makan di restoran saya selalu bingung apa yang saya lakukan saat saya menunggu makanan datang. Dengan siapapun. Itu juga menjadi salah satu alasan bagi saya untuk membawa buku di dalam tas saya. Oh Tuhan…..betapa saya sadar  tidak normalnya hidup yang selama ini saya lewati.

Saya sering menghabiskan waku saya di warung kopi. Mulai warung kopi pinggir jalan yang kini telah di bongkar sampai warung kopi kelas atas tempat nongkrong para sosialita dan anak gaul. Saya selalu menebak-nebak apa yang ada dalam pikiran mereka yang datang makan berdua dengan pasangannya? Apakah mereka bahagia? Atau pura-pura bahagia? Saya terlalu sering iri saat seorang laki-laki yang sibuk menuangkan air minum untuk perempuannya.Kau tau…..saya selalu membayangkan saat kamu membuatkan saya secangkir Teh untuk saya sambil berkata, “Jangan kebanyakan ngopi” Walaupun mungkin saat itu saya merengut ataupun tertawa kecil, kau haru tahu betapa bahagianya saya mendapat kan perhatian dari kamu.  Saya sering menguping pembicaraan pasangan di tempat saya menghabiskan kopi saya. Saat sang laki-laki memilihkan menu makan untuk perempuannya yang mengangguk bahagia. Bukan sepeti kamu yang mengatakan, “terserah” saat saya menanyakan mau pesan makan apa. Hmmmmm saya boleh iri kan?
Saya jadi membayangkan apa yang akan saya lakukan jika kamu mengajak saya “candle ligh dinner” seperti di TV-Tv itu? Saya tersenyum sendiri. Saya tidakmengharapkan hal berlebihan seperti itu. Mempunyai waktu berdua sekedar menemani dan memastikan kamu makan sudah cukup buatku tenang.

: Dear
Tahukan kamu . Saya suka menemani kamu makan walaupun terkadang bingung apa yang harus saya lakukan. Duduk di sebelah mu yang sedang makan  saya rasa sudah cukup membuat saya bahagia. Melihat cara kamu menyuapkan makanan ke mulut kamu dengan cara unik. Atau saat kamu menggerak-gerakkan bibirmu dengan lucu saat kepedasan. Atau saat kamu memajukan mulutmu saat saya bilang, “makan sekarang, Nda nggk mau tahu”.  Mungkin bagi kamu saya adalah perempuan tercerewet yang pernah kamu kenal apalagi urusan makan. Kamu tidak tahu bertapa saya harus beradaptasi untuk menemani kamu makan di sebuah meja. Tapi santai saja sayang……aku bahagia menemani kamu menikmati makananmu.

Lalu bagaimana dengan saya? Ah…..saya sudah terbiasa seperti ini. Heiiii tiba-tiba saya rindu kata-kata kamu setiap saya mengatakan, “Nda sudah terbiasa”. Dan kamu kemudian berkata kepada saya, “Nda…jangan bilang seperti itu lagi. Bukankan sudah aku di samping kamu?”. Saya rindu kata-kata itu sayang…..
Hmmm…..mungkin bagi kamu sepele. Hanya sekedar makan. Tapi saya akan terus memastikan bahwa kamu sudah makan, walapun saya tidak selalu menemani kamu makan dan tidak pernah memasakkan sarapan untuk kamu.Walaupun klise saat saya bilang saya takut kamu sakit.

Dan seperti biasa saya akan sibuk mencari bacaan untuk menemani saya makan. Saat kamu tidak ada disamping saya menghabiskan makan siang saya hari ini.

: Dear, kamu sudah makan?
Saya yakin kamu akan memonyongkan bibir kamu sambil bilang bahwa saya cerewet


Tidak ada komentar: