Memang tulisan ini sama sekali tidak penting. Benar-benar tidak penting. Hanya saja saya sedang mempertanyakan siapa yang pantas di sebut tokoh?
Beberapa waktu yang lalu saya selalu di todong untuk berbicara. Tentang peran media, tentang remaja. Tentang perempuan dan saya selalu menyetujuinya. Apa salahnya berbicara? Paling tidak sebagi pelampiasan pemikiran-pemikiran saya yang sangat liar. Ya…pemikiran yang saya sendiri tidak bisa mengendalikan. Pemikiran-pemikiran yang selalu membuat orang-orang di sekitar saya mengernyitkan dahi dan berkata,” Huh…omonganmu membuat saya semakin pusing”. Dan saya hanya akan terdiam dan membiarkan pikiran-pikiran saya mengembara dalam labirin otak saya yang terkadang juga tidak mmapu mengikuti cara kerjanya.
Kemarin sebuah permintaan kembali datang. Berbicara di peringatan Isro’ Mi’roj dan Konferensi Rajab dan mewakili sebagi tokoh perempuan Batam!!! Jujur saya tercengang? Hah….saya mewakili tokoh perempuan Batam. Saya ingin menolak karena saya bukan tokoh perempuan. Apalagi di Batam. Kota yang baru saya singgahi tidak lebih dari hitungan 12 bulan. Dan saat saya bertanya kenapa harus saya? Mereka hanya menjawab karena saya memang pantas menjadi tokoh perempuan dan akan memunculkan tokoh perempuan baru yaitu saya!!! Apa iya?
Hampir 24 jam saya berpikir mati-matian kenapa harus saya? Saya tidak bangga di daulat menjadi wakil dari tokoh. Tapi ini menjadi beban. Saya akhirnya mempertanyakan pada diri saya sendiri. Jika saya di daulat menjadi tokoh perempuan? Apa yang telah saya berikan pada perempuan kaum saya? Usia saya yang sebagian besar tidak hanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak jelas..apakah pantas di sebut sebagai tokoh? Saya berpikir bahwa saya tidak pernah memunyai kemampuan untuk merubah nasib kaum saya, kaum perempuan. Dan beban semakin berat saat yang menunjuk adalah salah satu organisasi islam HTI. Fuich…….semakin tidak ada yang saya unggulkan dari diri saya
Jangankan menghapalkan Al-Qur’an. Juz Amma saja masih terbata-bata. Jangankan memahami sejarah islam, satu hadits pun saya susah menghapal. Belum lagi sholat masih bolong-bolong dan belum tepat waktu? Membaca Al-Qur’an? Masih dikesampingkan dan lebih banyak membaca novel! Berdakwah? Saya katakan jarang dan lebih sering nogkrong sambil menikmati secangkir kopi dan berbicara tentang apapun!! Dari segi usia? Usia saya masih belum pantas dianggap sebagai tokoh. Angka usia saya di depan baru 2. Entahlah….24 jam saya berpikir tentang pantaskan predikat tokoh itu di sematkan di nama saya? Saya tetap menekankan tidak! Karena tetap dalam prinsip saya bahwa tidak ada yang dibanggakan dari seorang Ira.
Saat saya sedang menulis catatan ini saya juga chat dengan seseorang yang saya kenal di FB. Ya..baru saja saya kenal.
dan tidak ada kata" lain
seorang analisis yang lumayanlah
melainkan anda "HEBAT:"
karena saya belum tentu bisa seperti anda
jadi kesimpulan itu adalah bentuk kekaguman saya pada anda
yang pastinya DI DUNIA
siapa bilang saya tidak bisa seperti anda?
bahkan jika saya mau, saya bisa jauh lebih baik dari pada anda.
dalam segi kreativitas saya ingin seperti anda
tapi dalam segi hakikat, saya ingin seperti mereka...
Ira Rachmawati
aku aku pikir aku bukan orang kreatif
aku sama seperti yang lain
standart
setidaknya karya anda menjadi sebagian kecil dari bentuk inspirasiku
ia. aku selalu memfilter gaya bahasa" orang-orang
jadi secara tidak disengaja anda juga salah satu guruku
pernah ada rasa banggah kah pada diri anda?
atas semua karya anda??
Ira Rachmawati
tidak
apa yang patut di banggakan
karena tulisan saya bukan apa-apa
kalau bukan apa-apa. ters tulisan anda itu apa?
halllooo
tidurkah anda??
Atau anda tidak ingin bercakap dengan benalu?
Saya memang sengaja menghentikan chat saya. Tiba-tiba saya muak pada diri saya. Saya ingin sms panitia dan mengatakan bahwa saya mundur untuk acara besok. Tapi? Jika saya mundur saya bukan Raa….saya bukan matahari yang menepati janji. Bukankah hidup itu untuk di jalani? Bukan untuk di hentikan atau dipotong ditengah jalan? Bagaimana saya bilang tidak bisa jika saya tidak berani mencoba? Berbicara di depan 2.500 orang (target dari panitia)? Entahlah……
Tiba-tiba keberanian saya muncul. Menulis ternyata membuat adrenalin saya naik dan membuat saya semakin tertantang. Membuat saya semakin percaya diri walaupun hanya muncul tidak ampai 25 % dari kemampuan saya. Memcoba sesuatu yang baru. Sesuatu ….ya…sesuatu…yang berarti untuk diri saya. Bukankah saya akan membuat sejarah untuk diri saya sendiri….? Yaa….apapun besok yang terjadi saya harus survive..bertahan dengan tanggung jawab yang telah diberikan kepada saya. Saya ingin menjadi tokoh…tapi tokohbai diri saya sendiri. Ingin menjadi perempuan yang lebih baik dari sebelumnya. Walalupun sampai saat ini saya masih belum bisa dikatakan sebagai istri dan perempuan yang sempurna.
Tidak salah kan jika besok saya membuat sejarah untuk diri saya sendiri?
Satu lagi…aku ingin kamu bangga kepadaku dan besok mengatakan, “Itu adalah perempuanku”
6 komentar:
Hati anda. . .
adalah Anda . . .
ya semoga hasil'y lancar ya mba,,,,
Ya memang masa lalu itu bisa dijadikan sejarah hidup,,,
rasa senang dan sedih tercampur di dalamnya...
Semoga bisa menjadi kenangan yang paling berarti, dengan melihat kebelakang mungkin kita bisa bercermin untuk menjadi lebih baik lagi...
sipp dech mba, semoga lancar dan mendapatkan hasil yang maksimal...
Good luck....
Bersyukurlah jika kita bisa memiliki pemikiran dan mampu menterjemahkanya dalam bentuk apapun.
Karena banyak yang suka teriak2, padahal tidak ada pemikiran di dalam otaknya.
Posting Komentar