6 Jun 2010

YOU MAKE ME SAD (aku mencintaimu dengan keegoisanku)

Mengawali catatan ini dengan sebuah tanda tanya.
Ya benar-benar dengan tanda tanya yang menumpuk melahirkan sebuah adrenalin. Titik kulminasi dari semua pertanyaan dalam sebuah episode Jatuh Cinta.

Benar yang pernah aku tuliskan. Aku mencintaimu dengan keegoisanku. Memaksamu mengikuti skenari-skenario yang aku tulis dalam lembaran catatan-catatan kecilku. Tanpa pernah memperdulikan sebuah tanda tanya tentang masa depan.

“Kita ikuti saja perasaan ini sayang”

Dan aku bahagia. Jujur aku bahagia. Hatiku bahagia. Hari-hariku bahagia. Menit-menitku bahagia. Malam-malam aku bahagia. Bahkan dini hari pun aku bahagia. Dan yang lebih bahagia adalah saat aku bertemu dalam dunia kita. Ya…dunia kita. Hanya ada aku dan kamu.
Memaksamu masuk dalam duniaku. Membiarkan angan liar kita mengembara pada wilayah-wilyah yang tak pernah kita kunjungi berdua. Tentang kisah-kisah Para Puteri, Para Kurcaci dan Para Pangeran.

“Bukankah kita adalah pemain dalam epos itu”

Sudahlah…tak perlu aku bahas lagi epos itu. Sutradara sudah menghentikan lakon itu. Sedangkan namaku masih melekat dalam pikiranku. Aku gila. Aku sedih. Tapi heran. Kenapa tak ada air mata. Hanya ada perasaan sakit sangat dalam sebuah jiwa yang selama ini terpenjara. Rasa yang sama saat aku kehilangan Bunda dan Ayahku.

Kau yang menerbangkanku dalam sebuah titik kulminasi kebahagian dalam dunia mayaku. Dan tiba-tiba. Buuugggggghhhhhh……..kau menjatuhkan aku tepat dalam sebuah titik yang selama ini sudah aku duga. Sebuah titik sebuah ikatan yang selama ini selalu kau dan aku pertanyakan.

“Aku yang salah”
“Kau tak salah Raa…..aku yang salah”
“Bukan……” Aku berteriak…..” Ini adalah kesalahanku”
“Ini kesalahan kita berdua Raa”
“Shit……Diam! Karena aku mencintaimu dengan keegoisanku”

Aku berteriak keras. Tapi tak ada suara yang keluar dari tenggorokanku. Seperti biasa. Ada rembesan dalam hatiku. Rasa sakit. “Lelakiku……aku hanya ingin bahagia”

“Aku tak bisa memberimu istana. Aku tak bisa memberimu kenyamanan. Aku tak bisa memberimu kebahagiaan, sayangku”

Aku terdiam sesaat. Rasa sakit itu tetap merembes bahkan sudah sampai pada otakku. Aku kembali pada keegoisanku. Melangkahkan kakiku mundur ke belakang perlahan dan sangat perlahan. Aku ingin menjauh tapi tak bisa. Aku masih ada dalam putaran waktuku dan waktumu. Dan aku melihatmu dari tempatku disini. Dan kau duduk terdiam dan aku lihat kau juga menangis sambil menudukkan kepala dan membiarkan rambutmu menutup sebagian wajahmu. Ingin aku sibakkan dan memandang matamu. Mata hujan itu. Dan memelukmu sambil mengatakan, “Aku sangat mencintaimu lelakiku dengan semua keegoisanku”.
Tapi aku kini telah menjadi bayanganmu. Melangkah satu persatu secara perlahan sambil memandangmu. Dan aku terbentur tembok. Tertahan dengan keegoisanku dengan tetap mencintaimu. Dan kita masih berada salam satu dunia. Dunia yang kita ciptakan berdua. Dan kita terjebak dalam dunia ini tanpa bisa melangkahkan kaki keluar dari dunia kau dan aku percaya.

“Kau masih percaya. Ikatan perasaan lebih kuat dari pada sebuah ikatan komitmen”

Aku masih berharap kau menganggukkan kepala dan menyetujui pemikiranku. Aku kembali egois.
Sudahlah….aku akan tetap berdiri disini. Menyandarkan punggung dan kepalaku dalam satu garis lurus tepat di hadapanmu yang masih menundukkan kepala. Dan aku menikmatinya.

“Kau harus memilih Raa…..tetap tinggal di dunia ini atau keluar untuk menuju istana mu”

Dan aku mencintaimu dengan keegoisanku. Dan aku tak bisa memilih.

“Seperti aku. Kau juga berhak untuk keluar dari dunia ini untuk menjawab sebuah pertanyaan yang selalu kau ajukan padaku”
“Aku ingin memilikimu Raa”
“Jangan menyuruh aku untuk memilih karena aku adalah sebuah keegoisan

Dan aku hanya berbisik padamu, “You Make Me Sad!!”

Menatapmu dengan pandangan kosong saat kau mengatakan, “ I just make you Sad? Forgive me, but I don’t want to make you go down. I want you Happy.”

Aku percaya kau ingin membuatku bahagia. Dan biarkan aku terus mencintai dan memujamu. Karena itu adalah kebahagian yang aku cari sayangku.
Dari aku yang mencintaimu dengan keegoisanku.







Pada Hujan, Pada pelangi, Pada aku Matahari
Pada sebuah perjalanan
Aku tetapkan mencintaimu dengan keegoisanku

13 komentar:

catatan kecilku mengatakan...

Mbak Ira.., aku kesulitan membaca tulisannya karena backgroundnya terlalu gelap, sementara tulisannya juga hitam...

the others.. mengatakan...

Aku datang kesini bukan untuk membuatmu sedih mbak... :D

Ivan Kavalera mengatakan...

Cinta memang egois sejak jaman baheula, kok mbak hehehehe..

Anonim mengatakan...

ohhhh..

imtikhan mengatakan...

info yang bermanfaat
terima kasih

Irma Senja mengatakan...

cinta tak ada yg tidak egois mba...pd dasarnya mencintai jg egois !!

annie mengatakan...

kenangan ? ataukah imajinasimu, Raa?
ataukah keduanya?
kerapkali kita masuk dalam turbulensinya hingga sulit keluar.

Hei, meski headernya tetep, templatenya ganti, ya...

Bagaimana tempat barumu? Menyenangkan? Salam dari belahan bumi priangan, dariku.

Seiri Hanako mengatakan...

sedihnya...

keegoisan kadang haeus disikapi dengan bijak.. tak bisa hilang ssama sekali.

tetap semangat ya..

-Gek- mengatakan...

katanya cinta tak harus memiliki yah.. (tapi apa bisa seperti itu??)

Ninda Rahadi mengatakan...

bekgronnya bagus mbak :)

secangkir teh dan sekerat roti mengatakan...

cinta butuh egois...
kalo tidak keburu diserobot orang hehehhe

Unknown mengatakan...

ayo kita egois.. *lho?*

Iwan Kus mengatakan...

akibat terbiasa baca yang ringan2
kena yg berat jadi sedikit pusing :D