14 Mei 2010

CENTHINI: PEREMPUAN ITU TAK PERLU DIBAGI

Membaca serat Centhini seakan membaca seorang perempuan. 

Serat Centhini yang awalnya adalah bernama Suluk Tambangraras di tulis pada tahun 1815 oleh tiga pujangga keraton pada masa Sri Susuhunan Pakubuwono V, yaitu Ki Ngabehi Ranggasutrrasna, Raden Tumenggung Sastranegara, dan Ki Ngabehi Sastradipura. Sebagai karya monumental, Serat Centhini merupakan karya sastra yang ditulis secara liris dan intens, sebanyak 12 jilid dengan 722 pupuh tembang (jenis puisi Jawa). Satu pupuh tembang tak jarang terdiri dari ratusan kuplet (bait), bahkan ada beberapa yang terdiri 300 kuplet. Dan masing-masing kuplet terdiri dari 6 hingga 12 baris. Spektakuler kan?

Serat Centhini memiliki pengaruh luas karena tidak hanya mengenai sastra atau seni, tap juga tentang adap istiadat, obat-obatan, makanan dan minuman (kuliner), pengetahuan tentang hewan, tanaman, agama, obat-obatan, agama, sejarah, dan bahkan tentang seks.


Ya…masalah tentang seks ini yang membuat Serat Centhini terkenal. Penjabarannya bukan hanya verbal, tetapi terkadang liar. Termasuk bagaimana terjadinya anal seks, ataupun praktik homo seksualitas, dan bahkan seks massal. (tapi jangan samakan dengan novel-novel picisan yang hanya berisis adegan-adegan “panas”). Karena dalam bagian seks ini, konon Pakubuwono V sendiri yang turun tangan untuk menulis langsung untuk mendapatkan jiwa. Masalah seks ini di tulis pada jilid 5 hingga jilid 10. 

Siapakah Centhini? Centhini adalah seorang Centhi. Seorang emban. Seorang pembantu yang mendampingi Putri Tambangraras, anak gadis Ki Bayu dari desa Wanamarta. Kelak, Putri Tambangraras menikah dengan Syekh Amongraga, yaitu anak dari Sunan Giri yang bersembunyi dari kejaran Sultan Agung dari Mataram. (Jika Syekh Amongraga adalah anak dari Sunan Giri, maka dia keturunan langsung dari Blambangan atau dikenal Banyuwangi. Pasalnya Sunan Giri adalah anak Putri Sekar Dalu dari Blambangan yang menikah dengan Syekh Wali Lanang). Centhini-lah yang mendampingi pasangan Syekh Amongraga dan Putri Tambangraras selama 40 malam pada masa pengantin baru. Dan dia menceritakan pengalamannya secara lugas selama “40 malam mengintip sang pengantin”. Ahaaa….istilah yang tepat kan, untuk memperhalus istilah.

Berbicara tentang Serat Centhini tidak akan pernah habisnya. Tapi ada satu bagian dari Serat Centhini yang membuat aku berpikir. Yah….berpikir jika perempuan itu tidak bisa di bagi!
Sejak awal, aku telah katakan serat Centhini banyak memuat tentang seksual. Termasuk ilmu katuranggan, menilai perempuan dari ukuran dan bentuk tubuhnya termasuk dalam olah asmaranggama, ber-saresmi dalam hubungan bersuami istri. (membayangkan saat Ken Arok melihat betis Ken Dedes yang bersinar yang membuat dia benafsu menikahinya untuk mendapatkan sebuah kekuasaan). Membuat bayangan beberapa jenis perempuan yang akan dipilih oleh laki-laki berdasarkan ciri dan pemanfaatannya
  1. Bongoh : dinilai bisa membuka pesona cinta menuju kenikmatan asmaranggama dengan ciri-ciri bertubuh gemuk, tampak kukuh. Dari segi katuranggan, perempuan ini punya sifat mengayomi karena bersifat murah hati. Wajahnya selalu bercahaya karena mempunya rasa percaya diri yang tinggi, tidak gampang terbawa emosi dan mampu menguasai perasaan.
  2. Piongeh : Wajahnya seperti menahan tawa. Pandangan matanya tidak langsung saat berbicara, namun saat ada kesempatan ia akan mencuri pandangan. Sifatnya tidak ingin membagi asmara dengan yang lain, tidak suka bermewah-mewah dan nerimo. Siapapun yang akan tinggal bersamanya akan merasa nyaman.
  3. Ndemenake: Perempuan yang memiliki permainan asmarangama yang menyenangkan pasangan. Dalam bercinta, ia tidak memikirkan kepentingannya. Dia pintar menggunakan isyarat wajah. Asmaranggama tidak dilauakn atas dasar kewajiban, tapi dengan dasar cinta. Tidak bisa menipu, sebab pandangannya mata dan ucapannya keluar dari dasar hati yang tulus. 
  4. Sumeh: Ramah dan memiliki roman muka indah. Menjadi pendengar yang baik. Bukan hanya masalah pekerjaan atau keuangan, tapi sampai masalah bercinta, ia mampu membuat orang membuka rahasia. (aku jadi ingat pada geisha). Dia juga mempunyai kemampuan bermusik dan bernyanyi yang membuat ia semakin di gilai oleh laki-laki. 
  5. Merakati: perempuan yang menarik hati, memiliki daya pikat asmaranggama, melahirkan gairah yang kuat. Tubuhnya yang subur membuatnya terlihat seronok yang seimbang dengan ucapan-ucapannya yang selalu menggoda.
  6. Jatmika : perempuan yang mampu menguasai keheningan dan kejernihan berpikir dan mampu membuka jiwa. Perepuan enyabar dan tidak mudah goncang jika ada masalah. Mampu menyelesaikan persoalan dengan tepat. Tidak meledak-ledak. Dan punya kewibawaan yang sangat. Biasanya perempuan seperti ini muncul sebagai seorang pemimpin baik di keluarga maupun di tempat lain. 
  7. Susila: perempuan yang ucapan, penglihatan dan tindak tanduknya menandakan kesungguhan, keikhlasan dan pasrah. Dalam hubungan asmaranggama, perempuan ini sangat memuaskan.
  8. Kewes: Terampil berbicara. Polah tingkah lakunya mantap dan terukur. Perempuan ini terggolong pintar, dan tanpa disadari mampu menguasai lawan bicaranya. Dalam waktu singkat, orang akanmudah jatuh cinta pada dia. Bila cocok dalam membangun hubungan, maka perepuan ini bisa menjadi lawan bicara yang hangat dan menggairahkan dalam ber-asmaranggama
  9. Manis: kategori mayoritas. Perempuan dengan dasar ini memiliki sifat dasar yang manis dan tubuh yang indah. Segala sesuatu yang ditampilkan akan membuat laki-laki tumbang. Body Language nya sering membuat laki-laki sakit asmara. Ia juga memiliki kemampuan menggoda laki-laki.
Ah…perempuan dimasukkan dalam beberapa kategori. Seperti halnya kamu, aku pun sibuk membanding-bandingkan masuk dalam kategori mana? Bongoh, piongeh, ndemenake, sumeh, kenes atau merakati? Mungkin lainnya, susila, manis atau Jatmika?
Saat sibuk mencocok-cocokkan sifatku dengan beberapa kategori aku akhirnya pasrah. Tak bisa menentukan! Saat aku cocok di salah satu katuranggan, tapi aku juga merasa cocok di katuranggan yang lain. 

Ah…tak penting buat aku. Jika aku boleh bertanya, jika ada katuranggan untuk perempuan lalu kenapa tidak ada katuranggan untuk laki-laki?
Pangeran-pangeran yang aku ciptakan.

Terlalu rumit.
Bagiku perempuan dan laki-laki hanyalah ada dua. Yaitu baik dan tidak baik. Mereka yang baik adalah mereka yang menyenangkan, membuat kita bahagia, tidak kasar, tidak menghina atau merendahkan.
Apakah kebaikan dan keburukan seseorang bisa dilihat dari sebuah katuranggan? Naif! Tidak adil bagi mereka yang di lahirkan tidak sempurna secara fisik atau mungkin dia adalah bagian inklusi? 

Jika ada seorang laki-laki yang telah mempunyai satu istri cantik dan sempurna katurangga, lalu mengapa harus ada istri kedua, ketiga, keempat atau bahkan ke sepuluh?
Dan seandainya yang membagi jenis-jenis katuranggan itu membaca tulisanku, aku yakin dia akan protes besar. Dianggap tidak berdasar, tidak menghargai upaya orang tua yang telah bersusah payah membagi-bagi jenis perempuan.

Membagi-bagi perempuan? Lagi pula siapa yang membagi-bagi? Atas dasar apa? Bagaimana dia bisa mengenali cirri-ciri itu? Mencobai para perempuan itu satu-satu? Dan kemudian ditandainya satu-satu pula? Damn*…..sebuah ketidak adilan yang selalu ditunjukkan pada satu makhluk yang disebut Perempuan. Pertanyaan-pertanyaan yang tak akan pernah selesai terjawab.

Ah…biarlah para “penemu katuranggan” menggunakan hak nya untuk mengeluarkan pendapat, seperti halnya aku yang juga mempunyai hak untuk menuliskan penolakanku terhadap pembagian-pembagian pada perempuan.
Apakah kamu masih berpikir kamu masuk dalam kategori katuranggan di atas?
Silahkan, itu adalah hak pribadi orang. Lepas dari penolakanku terhadap pembagian pada perempuan, aku tetap menghargai budaya masyarakat jawa. Hasil cipta, karsa dan rasa dari manusia.

Kembali pada Centhini.
Dia tetap serius menunggu selama 40 hari di depan peraduan Syekh Amongraga dan Putri Tambangraras. Menimba ilmu sebagai murid gelap. Mencerna semua cerita dan kisah. Hingga pada satu titik. Saat Centhini tak pernah lagi peduli apakah ia masuk dalam sebuah katuragan yang sempurna.
Adalah pengabdian dari sebuah perempuan yang sangat sempurna menuju sebuah kesempurnaan. Saresmi sang Putri Tambangraras menuju keperempuanan yang perempuan

Bakda dennya panggusthining ilmi
minulyeng karongron
satengahe sanggemeng gatine
pan winulang ngilmi rasa jati
tibaning purbeng sih
tan pecat lan ngelmu

Suhul ing asmaragama neggih
limang prakereng (ng) gon
ingkang dhikin asmragayogane
panglaping panggawe rasweki
saking tulang sulbi Adam sakayun

Ping kalih asmaranala nenggih
panglaping ras
saking tyas kang suci pawiyose
kaping tri asmaratantra nenggih
pangalaping rasweki
saking rupaning hyun

Ping catur asmarajuwita di,
panglaping raos
saking sadayanipn asline
kaping lima asmaratura di,
panglapireki
saking roh rasweku

Patemone Hyang Kang Maha Sukci
raswane rok kono
dadya Rasulollah keh juluke
patemone rasul maring sulbi
patemoning sulbi
apan maring sungsum

Patemoning sungsum apan maring
balung maring otot,
patemoning otot maring getih
patemonin getih maring daging
patemoning daging
wujud ngilmu Enur

(Dengan segala hormat, maaf aku tak bisa mengartikannya secara lugas agar tidak ada persepsi yang salah. Sebuah proses Saresmi sang Pangeran dan sang Putri)


Catatan ku persembahkan pada seluruh perempuan
Tuhan menciptakan semua perempuan dengan kesempurnaan
Pada ibuku
malaikat perempuan sempurna dalam hidupku 





8 komentar:

Anonim mengatakan...

wow.. berat banget.. berat ngebaca-nnya maksudnya... maksudnya gmn yah.??

ivan kavalera mengatakan...

Terimakasih sudah dibagi ilmunya, mbak. Referensi tentang Centhini asyik sekali bacanya di sini.

TRIMATRA mengatakan...

emban selalu dinlai pangkat rendahan, tapi kok bisa buat serat centhini yang "populer" sepanjang zaman yah,,,

hohoho,, hebat banget dia..

catatan kecilku mengatakan...

Terus terang, aku sudah sering banget dengar tentang Centhini ini, tapi sungguh.. aku baru tahu arti centhi kali ini...

the others mengatakan...

Aku belum pernah baca Serat Centhini... karena mungkin terlalu berat bagiku.. :(

Mulyani Adini mengatakan...

Pagi..Serat Centhini aku baru kali ini membacanya,...makasih mb udah berbagi ilmu

oom ami mengatakan...

kalo ga salah karya ini pernah di larang beredar ama rezim fasis si harto, bersamaan dengan buku2nya pak pram, frans magnis, gatholoco, dsb..senag ada yang bia mempublikasikannya

Anonim mengatakan...

Bagus sekali ceritanya... Kami disini sedang pameran Mata Hari Centhini karya Eddy Susanto. Silahkan datang ke Lawangwangi Galery, Creative Space n Cafe di Jl. Dago Giri 99 Bandung. Pameran sampai dengan tgl 17 Nop 2012.