7 Apr 2010

PANGGIL AKU RAA……..

Ya….panggil aku Raa. Walaupun namaku bukan Raa. Tepat 28 tahun lalu, Ibuku melahirkanku dan memberi nama Rachmawati. Sederhana bukan? Saat kutanya artinya, ibuku hanya berkata, “agar kau menjadi perempuan yang mempunyai kasih”. Tapi saat kutanya kenapa ibu memanggilku Ira, bukan Rachma atau Wati, aku masih ingat ibuku tersenyum sambil berkata, “Karena kamu adalah anak perempuan yang kami tunggu”. Dan kelak aku baru menyadari Ira dalam bahasa Ibrani berarti “penunggu”. 


Perempuan yang di tunggu dan perempuan yang menunggu. Mendekati dewasa- aku tak menyebutkan usia, karena usia tak pernah menjamin sebuah kedewasaan-, aku mulai mehami makna antara di tunggu dan menunggu. Aktif dan pasif. Dan akhirnya……aku menjadi perempuan yang menunggu!
 ***
“Bu….jangan panggil aku Ira!”. Aku sempat memprotes nya pada ibuku. Seperti biasa dia hanya tersenyum sambil meraih kepalaku dalam pelukannya. “Kau ingin dipanggil apa? Rachma atau wati? Tapi bukankah semua orang sudah memanggilmu Ira. Gimana dong?. Apa harus di umumkan lewat radio atau Koran”
“Panggil aku Raa….”, tegasku, “seperti orang-orang memanggimu dengan suku awal namamu”.
“Ira dan Raa kan sama”
Aku menggeleng, “Aku lelah bu..menjadi perempuan yang menunggu. Aku ingin menjadi Raa. Dewi Matahari, Aku akan menjadi perempuan Matahari. Dan laki-lai yang melihatku akan buta. Aku ingin menjadi Raa"
Ibuku semakin erat menenggelamkan kepalaku dala pelukannya. Dan aku merasakan hangatnya air mata ibu di lengaku.
“Jangan pupuk dendammu Raa”. Dan kami, dua perempuan yang hidup dalam kesendirian terdiam cukup lama membiarkan angan kami terbang kemana-mana. Pada cerita yang tak pernah kami bagi. Pada cerita yang menjad rahasia di hati kami.
***
Tapi entah kenapa. Aku selalu dipanggil Ira. Dan tanganku selalu menuliskan kata Ira di kolom nama pribadi. Seperinya bahasa Ibrani dari Sang penunggu sudah lekat dalam kehidupanku. Ah….biarlah! tapi dalam hati. Aku akan tetap menjadi Raa….sang Dewi Matahari!
***
Aku terdiam di depan jasad ibuku. Aku membungkukkan badan dan berbisik di telinganya. “Panggil aku Raa…sekali saja Bu. Agar aku bisa menjadi Matahari. Bukan lagi sang penunggu”. Tapi ibuku tetap terdiam dalam kematiannya.
Terbayang kau tertawa tergelak sambil membetulkan jilbabku, “Kau tetap matahari buat ibu, Raa. Dan kau juga tetap menjadi penunggu untuk rumah ini. Penunggu disini, di hati ibu”, katamu sambil meletakkan kedua tanganku tepat di dadamu. Pada malam itu…..
Aku bersimpuh dan menggenggam tangan keriput itu, menciumnya dengan penuh hati, “Tak ada lagi dendam itu Bu. Dan aku akan tetap menjadi Raa. Matahari bagimu dan bagiku”.
Jasad perempuan yang telah melahirkanku menjadi Matahari pelan-pelan tertimbun tanah. Dan aku menghapus air mataku. “Aku akan tetap menjadi Raa, Bu!”

Bukankah hidup adalah sebuah symbol.
***
Raa-Dewa Matahari, Raja dari Para Dewa. Raa adalah Dewi Matahari Mesir Kuno. Pada kelima dinasti ia menjadi besar dalam agama Mesir kuno. Raa digambarkan sebagai seekor elang falcon bermahkotakan lingkaran matahari atau manusia berkepala burung falcon. Raa adalah Dewi Matahari. Dia berlayar melintasi surga di atas perahunya yang disebut 'Barque dari seribu tahun'. Setiap berakhirnya hari Raa dianggap mati dan berlayar dimalam hari melintasi neraka, meninggalkan bulan untuk menerangi dunia di atasnya. Perahunya akan berlayar melewati dua belas pintu, yang mewakili dua belas jam dari waktu malam. Lalu wajar berikutnya, dia akan kembali dilahirkan. Pelayaran itu tidak selalu berjalan mulus. Di siang hari Raa harus bertarung dengan musuh utamanya, yaitu seekor ular yang disebut Apep. Raa dibantu oleh dewa-dewa lainnya, seperti Seth dan Bastet. Lingkaran matahari di atas kepala Raa terkadang dikelilingi oleh seekor ular kobra. Ular kobra muncul pada dahi Firaun, seperti Tutankhamun. Raa adalah yang terbesar dari para dewa dan ia menyimpan kekuatannya dalam nama rahasianya, yang hanya dia yang tahu. 
Sebagai lambang pemujaan kepada Ra didirikan obelisk yaitu tiang batu yang ujungnya runcing. Obelisk juga dipakai sebagai tempat mencatat kejadian-kejadian. Untuk pemujaan terhadap dewa Amon Ra dibangunlah Kuil Karnak yang sangat indah pada masa Raja Thutmosis III.
Raa mulai menjadi tua, dan kadang-kadang dia meneteskan air liur. Isis mengumpulkan sebagian ludahnya dan membuatnya menjadi ular. Dia menyembunyikan ular di mana Raa akan berjalan melewatinya. Ketika Raa menginjaknya, ular itu menggigitnya, dan Raa menjerit kesakitan. Semua dewa berkumpul, tetapi tidak ada satupun yang dapat menyembuhkannya. Isis berkata "jika kau katakan nama rahasiamu, ini akan cukup memberikan kepadaku kekuatan magis untuk menyembuhkanmu." Raa tidak ingin melakukan ini, tapi akhirnya rasa sakit itu bertambah buruk sehingga ia harus mengatakannya. Kemudian Isis menyembuhkannya, dan sejak saat itu Isis memiliki kekuatan magis yang telah dimiliki oleh Raa. Ah….Raa! nasibmu!. Padahal racun ular itu adalah kekuatanmu sendiri.

Hidupku terus berjalan seperti halnya matahari. Terbit setiap pagi menjalani waktu dalam kesendirian.- Terkadang aku iri pada bulan, kenapa ia harus didampingkan dengan Bintang? Padahal cahaya berasal dariku. Raa. Matahari-. Terbenam saat senja, membuat mimpi pada malam hari dan kembali hadir pada pagi hari. Sebuah rutinitas yang tak pernah ku tolak dan mengatakan,”Ku bosan!”.
***
8 April 2010
Ini tahun kedua aku melewati tanggal 8 April tanpa ibuku. Ya….ibuku! yang mempersembahkan nyawanya untuk melahirkan aku. Aku terdiam dan terus berdoa dengan lantunan dzikir, Saat aku hampir melupakan Tuhan. Semoga Ia selalu merestui keinginanku menjadi Raa. Matahari bukan hanya di hari ini. Tapi di hari-hari nanti hingga ia mempercayakan padaku seorang Raa lain. Matahari lain yang akan mengantikan posisiku sebagi Raa.
28 tahun lalu…..aku pernah membayangkan ibuku berkata, “Aku tak pernah salah melahirkanmu Raa”
Semoga!







26 komentar:

De mengatakan...

Wah, mbak mengharukan sekali ceritanya. Jadi mbak hari ini ulang tahun ya?
Kalo gitu, selamat ulang tahun ya, tetaplah menjadi penunggu di hati ibu mu sekaligus menjadi dewi matahari bagi orang-orang disekeliling mu...

Happy b'day wish u all the best...!!!

yansDalamJeda mengatakan...

Panjang umur, semoga bahagia RAA.....

Arjuna mengatakan...

bagus sekali tulisan dan maknanya,,,

tulisan terakhir aku bikin terharu...
moga sukses selalu yaaa....

NaiCaNa mengatakan...

Wah sedih sekali ceritanya, aku bisa terbawa dalam emosiku :(
Sabar ya k'

Selamat ulang tahun k'Raa
Wish u aLL the best y k'Raa sayang :)

Seti@wan Dirgant@Ra mengatakan...

bagai kepak sayap burung pulang
perkasa di selasar bintang,
laksana camar menjelajah riang
selami laut penuh tawa

waktupun betah berlabuh: menunggumu di bulan april

kuharap, engkau belumlah petang merah jingga di detik menit
yang hanya duduk membatu menatap
dentang usia
engkau sejatinya adalah pelukis masa dan kisah

bagai senyum berpendar dengan beribu kunang kunang
hingga malam tak lagi gulita

selamat ultah, Raa!

Seti@wan Dirgant@Ra mengatakan...

Aku jadi ingat almahumah Ibu Raa..

rika riyanti mengatakan...

Selamat Ulang Tahun Mba Raa... (^_^)

Unknown mengatakan...

hapy b'/day ya. ucapin lagi di sini. walau kemarin udah di fb.

Riesta Emy Susanti mengatakan...

ya ampyuuuun,,,bagus banget postingan ini...
sampe terbawa suasana aku...

selamat ulang tahun mbak Raa

annie mengatakan...

sebuah catatan kelahiran yang 'kaya' akan ketakpuasan dan kekritisan ...
bahagialah, Raa, sebab Tuhan telah memilihmu sebagai matahari bagi ibu dan sesama, lewat tulisanmu, lewat catatan kritismu dan lewat kesadaranmu tentang diri sendiri.

Happy milad, semoga Allah memberi ijabah bagi setiap hajat dan doa-doa yang dipanjatkan. Amiiin ...

annie mengatakan...

Mantap.
Sebuah tulisan yang sungguh kaya ...

Yunna mengatakan...

selamat ulang tahun...

tetaplah menjadi apa yang kau inginkan,,

Ninda Rahadi mengatakan...

kangen mamaku.. beliau juga sudah tiada :(

Hendriawanz mengatakan...

Padat isinya. Dan menyentuh. Judulnya kuambil, untuk bikin kartu, barusan kumuat. Maaf terlambat tapi tetap turut mencari nilai2 di balik kenangan saat lahir di bumi ini.

Ninneta - MissPlum mengatakan...

selamat ultah mba Raa.... kapan yuk kita ketemuan,.... kan kita tetanggan..... ya ya ya

Winny Widyawati mengatakan...

Segala Puji Bagi Allah mempertemukan sy dg penulis yg hebat spt m.Ira...

ALRIS mengatakan...

Selamat ulang tahun Ira, tercapai apa yang dicita-citakan. Salam

etikush mengatakan...

ke warung beli tomat
sekalian juga beli bihun
qu ucapkan selamat
selamal ulang tahun

:)

Fanda Classiclit mengatakan...

Baru ulang tahun ya mbak? Maaf terlambat ngucapinn Selamat Ulang Tahun. Btw, aku baru tau kalo Raa itu dewa matahari...

secangkir teh dan sekerat roti mengatakan...

mata saya terbuka dan hati saya bergetar membaca ini.. :)

Alil mengatakan...

keren banget tulisannya Raa...
salut...

relate juga abis baca 'Lost Symbol'

Vixxio mengatakan...

Mbak, sori mau nanya apa mbak Ira masih berminat dgn buku Perempuan-Perempuan Impian? Soalnya ada yg mau beli nih. Aku tunggu sampai akhir minggu ini ya... Thanks

catatan kecilku mengatakan...

Aku tahu aku terlambat mengucapkan selamat ultah disini, tapi aku sudah mengucapkan selamat lewat FB sebelumnya mbak Raa...

the others mengatakan...

Mbak telah menjadi sang Dewa Matahari.. tak perlu lagi sangsi akan hal itu.

DewiFatma mengatakan...

Terharu... :( Indah banget kata-katanya.

Selamat Ultah, Raa..
Salam kenal.

Anonim mengatakan...

i love you mbak.....!!!
cha suka dengan semangatnya..!!