11 Okt 2009

POLISI AGAMA.....

Pengajian untuk minggu depan rencananya Pak Kyai akan mengadakan pengajian di pelacuran. Namun seorang anak muda bersorban putih dan berkalung sajadah mendadak berdiri, protes.

“Saya sangat kecewa kenapa Pak Kyai bersikap sedemikian lunak kepada para pelacur. Bahkan repot-repot hendak mengadakan pengajian di area pelacuran. Ini jelas area maksiat, kenapa kita malah pengajian di sana nantinya. Saya sebagai anggota organisasi Islam yang sejak kelahirannya bermaksud memberantas maksiat akan terus memberantas maksiat sampai titik darah penghabisan!”



Bapak Kyai terpana dengan semangat pemuda itu.

“Adik, maaf kalau saya memang khilaf.” Ujar Pak Kyai dengan ramah.”akan tetapi nyuwun sewu lho, saya melihat pernyataan adik tidak pada sesuatu tempatnya, yah ibaratnya memasukkan kecap ke dalam bubur kacang hijau …”

Para jamaah tertawa, walau meski belum pasti mengerti maksud omongan Pak Kyai.

”Maksiat itu letaknya di pikiran, hati dan sikap jiwa. Tidak di pelacuran. Saya salut adik bersedia memerangi maksiat sampai titik darah penghabisan, namun saya juga prihatin menyaksikan sikap adik begitu sombong kepada orang miskin...”

”Hah, apa maksud Pak Kyai?”

”Adik kan mahasiswa, cobalah adik bikin penelitian, meneliti siapa saja yang menjadi pelacur, terutama tingkat perekonomian mereka. Kita memang tahu banyak juga pelacur-pelacur profesional. Tapi perempuan manakah yang umumnya mau berenang dalam dunia pelacuran? Saya berani jamin bahwa 80% lebih pelacur adalah orang-orang yang keadaan ekonominya kepepet.”

”Tapi Pak Kyai...”

”Tapi apa? Orang seperti adik ini enak, kiriman dari orang tua lancar dan adik termasuk beruntung, memiliki peluang ekonomi untuk bisa berpendidikan hingga perguruan tinggi. Harapan adik untuk menjadi orang-orang pinggiran termasuk sangat kecil. Kalau pun adik menjumpai ketidakadilan ekonomi pastinya adik tidak akan merencanakan untuk maling ayam, jadi preman, dll, melainkan bikin kelompok diskusi yang menguak pemerataan ekonomi lewat buku-buku Todaro. Atau adik bisa bikin LSM yang dananya dari luar negeri itu dimana adik bisa numpang makan, minum, sampai beli rumah dan mobil mewah. “

“Bapak Kyai ini ngomong apaan sih?”

”Beranikah adik memberantas maksiat yang dilatari kekuasaan? Beranikah adik memberantas maksiat dalam diri adik sendiri? Beranikah adik melawan diri sendiri dan mengurangi sikap sombong pada orang-orang lemah yang butuh rangkulan adik dan butuh sedikit harga diri?”

”Pak Kyai...?”

”Adik begitu bangga menjadi polisi agama bagi kehidupan orang lain. Bahkan adik hendak memberantas maksiat sampai darah titik penghabisan terakhir. Tapi adik bahkan tak tahu bahwa adik sedang menodongkan tank-tank ke tubuh burung-burung kecil yang sayapnya sudah patah karena jatuh ke lembah hitam pelacuran.

”Pak Kyai dengar dulu....”

”Adik yang dengar dulu.......Adik hanya bisa marah saat perempuan-perempuan Islam tidak memakai Jilbab, mengawasi muda-mudi yang berboncengan, mengawasi orang-orang yang belum bersembahyang, melirik mereka yang bersembahyang di samping adik sudah khusyuk sembahyangnya atau belum. Tapi adik buta terhadap penggusuran, terhadap kemiskinan, terhadap tingkat kebodohan, terhadap ketidakadilan dalam arti yang luas. Adik hanya sibuk mengurusi serta memperdebatkan wajib, sunah, makruh, haram, dan halal—tapi malah acuh terhadap kasus-kasus yang wajib responnya.

”Tapi...”

”Adik lebih memilih menghimpun pahala pribadi daripada menyumbangkan diri bagi proses-proses sosial. Kalau sewaktu adik berangkat ke Mesjid untuk Shalat Jumat, tiba-tiba seseorang tertabrak di depan adik—padahal suara ikamah sudah terdengar dari corong Mesjid–apa yang akan adik lakukan? Begitu juga para pelacur itu, bukankah mereka sudah terkapar jiwanya, apakah kita mau melukai jiwa mereka lagi dengan menutup surga bagi mereka?.....”

Suasana pengajian menjadi semakin senyap, yang terdengar hanya luncuran deras kata-kata Pak Kyai.

***

Note's ini kutujukan untuk semua agama bukan hanya Islam saja--karena banyak agama yang memiliki polisi-polisi agama......hehehehehe....
Thank Cak Bintoro Jalu yang membuka wawasanku!!!! 

6 komentar:

mocca_chi mengatakan...

kyainya kok sama sekali tidak emmberikan kesempatan ornag ut berbicara, di teve teve kok ga ebgitu ya? wkwkwkwk

Jhoni20 mengatakan...

iya chi...kyainya gak berhenti2 ngomongnya, meskipun si pemuda mau ngomong kayaknya...........hehehehe tapi maksud pak kyai mengadakan pengajian di pelacuran bagus juga!!!!

melakukan pendekatan secara kekeluargaan dibandingkan dengan jalan kekerasan.....salut buat ceritanya!!!!

reni mengatakan...

Bagus nih mbak postingannya... memberikan pencerahan..!!

Unknown mengatakan...

kyai yg hebat ya. mantap deh.

narti mengatakan...

hhhmmm nada bicaranya pak kiai koq begitu ya?
bacanya ikut mencekam, serasa ikut pengajian.

soulharmony mengatakan...

berkunjung